Rabu, 31 Januari 2018

Ingatan tentang Jupe

      Jupe, di tahun 2013, nama tersebut tidak seheboh ketika Persib berhasil mendaratkan seorang Djibril Coulibally, setidaknya bagi saya. Mau apapun yang dicapai oleh Jupe di musim sebelumnya, dengan banyaknya gol yang diciptakan oleh Djibril, sangat cukup untuk membuat nama Djibril lebih memikat dibanding Jupe apalagi ketika Ferdinand Sinaga ikut pulang ke tempat di mana ia belajar sepakbola. Ditambah, ketika mendengar Jupe akan mengisi posisi bek tengah, padahal di tim sebelumnya lebih sering ditempatkan sebagai gelandang bertahan. Kenapa tidak ambil Fachrudin, M Robby atau pemain yang lebih dominan bermain sebagai bek tengah lainnya?
      Namun, dengan singkat keraguan tersebut berubah. Di mulai dengan menjadi tembok tangguh bersama Vlado dalam mengawal pertahanan dan juga ada hal lain yang diberikan oleh duet tersebut, yaitu: teu a'abengan. Mungkin saja hal tersebut tidak akan menjadi spesial jika saja bek tengah sebelumnya tidak sering membuat long ball dan tak menemui sasaran. Kemudian berhasil masuk final pra musim (Inter Island Cup) adalah menjadi perkenalan yang cukup baik bagi Jupe terhadap Bobotoh, setidaknya bagi saya, tentunya.
      Hari terus berganti, berbagai pertandingan terus ia lewati, sekian banyak cerita terus ia toreh sebagai pilihan utama dalam mengawal lini pertahanan. Menang, menang, seri, menang dan terus berlanjut sampai akhirnya pada tanggal 7 November 2014 sebuah cerita yang takkan pernah hilang di benak Bobotoh, setelah 19 tahun menunggu atau bagi saya pribadi adalah seperti 21 tahun, karena umur saya baru akan menginjak 2 tahun ketika terakhir Persib menjuarai Liga Indonesia, apa yang anda ketahui ketika berusia 2 tahun? Dan yang terjadi pada 7 November 2014 adalah sebuah cerita tentang seorang pesepakbola asal Betawi yang menjadi penendang penalti penentu juara setelah sekian lama paceklik gelar, sebuah beban yang amat sangat berat. Ketika I Made berhasil menahan tendangan Nelson Alom dan raut wajah panik dari seorang Atep yang berdiskusi dengan Firman Utina, langkah percaya diri dari seorang Jupe dengan mimik muka yang mencoba untuk berkonsentrasi (yang saya tebak dari tayangan ulang) adalah sebuah cerita yang takkan pernah bosan untuk diceritakan.
      Mencetak gol di Afc Cup, berhasil mengalahkan Semen Padang yang di musim sebelumnya Persib selalu menelan kekalahan. Lalu cerita indah harus berhenti ketika Liga Indonesia tak lagi berjalan, Persib kalah oleh Kitchee FC di Afc Cup dan PSSI disanksi.
      Banyak komentar yang malah membuat gerah keluar dari mulut para petinggi sepakbola yang menghiasi laman berita olahraga. Intrik dan intrik yang terus keluar sampai ketika sebuah turnamen yang membawa nama Presiden akan digelar. Pemain kembali berkumpul, kecerian kembali hadir walaupun menurut kabar para pemain tak diberi gaji layaknya ketika sebelum liga diberhentikan.
      Jupe dan Persib, tentunya, berhasil melewati babak grup dengan gagah. Banyak drama terjadi di babak selanjutnya. Lalu, final di GBK dan Jupe sebagai salah satu pencetak gol kemenangan adalah sebuah cerita membanggakan bagi catatan karir Ahmad Jufriyanto, saya kira.
      Namun, setelah pergelaran Piala Presiden, bukan cerita indah yang terjadi, Jupe dan koleganya malah memutuskan pindah ke Sriwijaya dengan cerita perpindahan yang kurang mengenakan. Tapi dengan kisah cerita perpindahan tersebut tak menjadilan nama Jupe menjadi jelek di mata Bobotoh. Bahkan ketika Jupe bersama Sfc melawan Persib di si Jalak Harupat, Jupe malah mendapatkan applause dan nama Jupe Diteriakkan oleh satu stadion!
      Mungkin, teriakkan dan applause tersebut yang membuat Jupe yakin untuk balik Bandung ketika tawaran kembali menghampiri untuk menjadi salah satu pengawal lini pertahanan Persib. Berbagai pertandingan kembali ia lewati dengan lambang kota Bandung dan tulisan Persib di dada kiri nya. Namun, cerita yang ia toreh tak seindah ketika musim 2014. 
      Ketika hasil pertandingan tak memuaskan, Jupe sering kali memperlihatkan gestur tubuh sangat kecewa, bahkan beberapa kali menangis ataupun memeluk Bobotoh. Malah, di Balikpapan sehabis pertandingan Jupe menghampiri Bobotoh yang menghardik Persib, tak ada umpatan yang Jupe balas. Lalu ketika melawan persija di GBLA, apa yang dilakukan Jupe bersama Vlado bisa ditambahkan ke dalam daftar kisah untuk diceritakan ketika semua hasil pertandingan di musim tersebut memang layak untuk dilupakan. Bisa dilihat di link https://www.youtube.com/watch?v=QiKD5LgJJws pada menit 3.13 sampai menit 4.45. Jupe jeung Vlado jeung getihna! ditambah scene yang tak tertangkap kamera namun saya ingat jelas, yaitu ketika ketegangan mulai terurai, namun Vlado malah mamanas Jupe untuk kembali menghampiri pemain persija yang masih protes terhadap wasit. Kenapa bukan Vlado saja yang menghampiri? jawabannya adalah karena tugas Vlado telah selesai, yaitu menumbangkan Ismed! hahahaha tentu saja itu adalah jawaban buatan saya sendiri. Permainan lebih juga diperlihatkan Jupe ketika mengenakan ban kapten, cara ia protes ke wasit atau tindakan Jupe ketika sedang ada keributan di dalam lapangan memang lebih menarik untuk dilihat dari pada hasil pertandingan pada musim tersebut.
      Musim 2018 akan segera digelar, menurut kabar, Persib mempertahankan Jupe dengan durasi kontrak dua tahun. Namun, di era sepakbola seperti ini pemain datang dan pergi adalah hal biasa. Seperti yang terjadi pada Ahmad Jufriyanto. Kita yang tidak tahu cerita aslinya hanya bisa menerka, karena bisa jadi banyak kemungkinan, termasuk tentang rencana Gomez dan tipikal pemain yang ingin ia miliki.
***
      Ahmad Jufriyanto adalah kepingan penting dari class of 2014. Kepingan dari para pahlawan penuntas dahaga 19 tahun tanpa gelar. Serta penuntas rasa penasaran bagi para Bobotoh yang lahir di tahun 1990 ke atas bagaimana Gelora Bung Karno bergemuruh oleh Bobotoh.
      "Tenang saja, perpisahan tidak menyedihkan, akan menyedihkan bila habis itu saling lupa" quote Pidi Baiq tersebut rasanya sangat pas dengan kalimat "remember me" yang Jupe tuliskan pada postingan perpisahan di akun instagramnya.
      We'll always remember you, Captain Ahmad Jufriyanto!

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
esai ini juga dimuat di Akar Rumput Zine Vol. #4
feel free to share as much as you can!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar