Awalnya, saya sedikit pesimis dengan masuknya Bang FU, ada beberapa faktor, seperti usia yang akan berpengaruh kepada kondisi fisik, juga banyaknya tim yang telah beliau bela, malah saya pernah baca di salah satu akun media social, saya lupa nama akunnya, akun tersebut menolak kedatangan Bang FU dengan alibi bahwa Firman Utina takkan bermain dengan hati karena beliau adalah pekerja sepakbola.
Bahwa benar jika kritikkan atau cacian tidak perlu dibalas dengan argumentasi tapi dengan tindakan. Dan Bang FU melakukan itu. Atau mungkin saya yang tidak membaca kabar tentang argumentasi balasan Bang FU terhadap kritikkan, seperti apa yang dilakukan oleh salah satu pemain Persib dengan membuat kaos dengan tulisan "where are you when we lose?".
Setahu saya Bang FU adalah sosok yang bisa mendinginkan kondisi tim jika sedang panas, memanaskan kondisi tim jika sedang dingin, mencairkan suasana dengan candaannya, dan juga sosok yang bisa membuat pemain lain hanya memikirkan bagaimana mereka memberikan permainan terbaik, sisanya Firman Utina yang atur.
Ada satu kisah yang bisa saya bagi mengenai peran Bang FU dalam mendinginkan kondisi tim jika sedang panas. Kondisi tersebut terjadi pada saat itu Vlado tidak ditemani Jupe dalam mengawal pertahanan Persib, kalau tidak salah saat pertandingan AFC Cup di Jalak Harupat, saya ingat betul pada saat itu karena posisi saya di tribun tepat di depan pertahanan Persib, beberapa kali Vlado menunjukan gerak tubuh kecewa kepada tandem center backnya tersebut. Dan puncaknya ketika lawan bisa mencetak gol, adu mulut pun berlangsung ditengah lapangan bahkan ketika pertandingan belum selesai, ketidakharmonisan yang sangat parah saya kira. Setelah pertandingan Firman Utina menghampiri Bobotoh yang sedang berada di Stadion Persib, salah satu Bobotoh ada yang bertanya mengenai insiden tersebut. Dengan kalemnya beliau menjawab “Saya sudah sarankan kepada pelatih untuk melihat tayangan ulang pertandingan tadi, jadi bisa tau apa yang salahnya agar tidak subjektif” hasilnya: Tim tetap kondusif!
Untuk memanaskan kondisi tim jika sedang dingin atau agar tetap panas, saya kira banyak contohnya yang mungkin bisa dilihat dibeberapa tayangan ulang, seperti teriakkan-teriakkan ketika Persib kebobolan atau gerakkan tangan yang menunjukkan untuk tetap berkonsentrasi ketika sudah mencetak gol.
Apalagi kisah tentang bagaimana Bang FU mencairkan suasana. Adakah yang pernah melihat pemain Persib yang sekarang melakukan foto selfie yang dilakukan oleh satu tim? Coba lihat apa yang dilakukan oleh seluruh tim pada latihan perdana untuk menghadapi turnamen Piala Presiden yang pertama. Nginget-ngingetna ge resep, komo deui mun ayeuna jiga kitu.
Apalagi jika mengingat ketika Persib berhasil memenangkan pertandingan semifinal LSI 2014 melawan Arema, euphoria pemain sangat tinggi, bahkan sampai menangis haru, seakan Persib sudah juara, padahal baru memenangkan semifinal, bukan final! Firman Utina (kapten sesungguhnya pada masa saat tertinggal 2 gol pun bisa membalikkan keadaan, bukan seperti sekarang, sudah unggul malah jadi kalah) menyadari bahwa hal tersebut terlalu berlebihan karena euphoria yang sedang tim Persib alami tersebut sama dengan apa yang dirasakan ketika Sang Kapten membela Timnas dan mantan timnya masuk final yang berakhir dengan Runner Up. Sebagai pemain senior, dengan kebijaksanaanya, beliau menyarankan kepada pelatih dan manager untuk bisa sedikit meredam euphoria tersebut dan hasilnya: JUARA!
Mungkin banyak kisah lainnya yang lebih heroik dan mungkin juga kisah yang saya ceritakan terlalu hiperbola. Namun miris rasanya jika mendengar cerita salah satu rekan wartawan yang mewawancarai tentang aksi pemasangan spanduk "Soler Out"di saat latihan Persib di Arcamanik kemarin. Rekan wartawan tersebut bercerita kepada saya bahwa Arkan yang memasang spanduk tersebut malah mendapat acungan jempol dari salah satu pemain dan beberapa official tim serta senyuman dari pemain lainnya. Saat ini, saya kira ada yang salah dalam keharmonisan di tim Persib.
Dan keharmonisan tim itu sangat penting. Seperti apa yang Ahmad Jufriyanto katakan ketika ditanya mengenai Kas Hartadi atau Djajang Nurjaman dalam wawancaranya bersama Footballtribe. Jupe malah menjawab "Ini yang selalu saya percaya. Untuk bisa jadi juara terkadang bukan soal kemampuan pelatih dalam urusan taktikal saja. Ada hal yang lebih esensial lagi. Salah satunya adalah bagaimana bisa merangkul pemain untuk menjadi satu kesatuan. Jadi nantinya mereka bisa mengeluarkan yang terbaik di lapangan. Dan menurut saya, baik Pak Kas (Hartadi) ataupun Pak Djanur punya kemampuan itu. Mereka bagus dalam pendekatan personal kepada pemain. Mereka bisa merangkul seluruh tim. Secara pribadi dua-duanya pelatih hebat buat saya."
Dengan alasan-alasan tersebut, saya kira Persib sekarang memang butuh SOSOK!
--------------------------------------------