Kamis, 22 Maret 2018

Andai Saja

Selasa, 21 Maret 2018. Sebuah lagu dari John Denver yang Berjudul Take Me Home Country Roads menemani saya dalam membaca sebuah kabar Saudara Prabowo berpidato tentang prediksi Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Penasaran adalah reaksi pertama saya ketika membaca judul kabar tersebut. Bingung reaksi setelahnya. Apakah benar prediksi tersebut? Data-datanya kuat?

Pikiran melayang, lagu berganti, kini, The Times They Are a Changin' ciptaan Bob Dylan yang seketika membawa saya melintasi waktu sebelum tahun 2030 dan setelahnya.

Pada periode sebelum tahun 2030 tak banyak perubahan yang terjadi. Selain sedikit, lambat pula progressnya. Tak perlulah anda mendebat bahwa pembangunan pada tahun 2018 sangat banyak, di sana sini. Sedikit karena efek pembangunan tersebut tak semua orang bisa menikmatinya, lambat karena dalam kurun waktu 12 tahun bukanlah waktu yang singkat. Namun, ada yang patut dibanggakan sebagai orang Bandung yang menasbihkan dirinya sebagai Bobotoh, yaitu: PERSIB menjadi Raja Sepakbola Republik Indonesia!

PERSIB! ya, PERSIB, kesebelasan yang didirikan pada tahun 1933 itu telah meraih 7 gelar liga domestik sebelum tahun 2018. Hanya 7 gelar selama 85 tahun.

Tapi, tepat pada tahun 2030, PERSIB berhasil meraih gelar ke 15nya! Terbanyak se Indonesia. Sebelum akhirnya pada tahun tersebut Indonesia bubar, sesuai dengan pidato prediksi Tuan Prabowo.

8 gelar liga domestik di Republik Indonesia dalam kurun waktu 12 tahun adalah sebuah catatan fenomenal.

2018
Dimulai pada musim 2018 dengan memempati posisi kelima. Sebuah titik awal dari kejayaan PERSIB untuk 12 tahun kedepan. Mario Gomez sebagai aktor di balik kejayaan tersebut. Walaupun terlalu banyak intrik pada tahun tersebut, berikut kedalaman skuadnya sangat uyuhan. Maka posisi lima dari 18 tim adalah posisi yang cukup baik menurut jajaran manajemen. Namun, tak sedikit pula Bobotoh yang menuntut untuk mengganti pelatih kepala. Manajemen bergeming, beliau-beliau menuturkan bahwa semuanya butuh proses, Mario masih on the track.


2019
Dilalui dengan banyak penyegaran. Mario Gomez telah hafal betul segala aspek sepakbola Indonesia. Penyegaran di sana sini. Ferdinand Sinaga balik Bandung, berduet bersama Febri Haryadi di sisi kanan dan kiri lapangan, menjadi momok pertahanan tim lawan. Kapten Dedi Kusnandar menjadi jendral lini tengah. Kalem namun garangnya Bojan Malisic di pertahanan. Serta kokohnya Deden Natsir menjadi cerita membanggakan walaupun hanya menempati peringkat tiga.


2020
Sejarah fenomenal dimulai. Mario Gomez mendapatkan kontrak baru dengan durasi 3 tahun yang mendapat banyak kritik Bobotoh. Manajemen tetap bergeming. Tak banyak perubahan, selain Abdul Aziz dan Agil Munawar pulang ke tempat di mana ia belajar sepakbola. Juga, Beckham Putra Nugraha adik kandung Gian Zola yang promosi ke tim senior. Beckham menambah sangar lini depan PERSIB, trio Bow, Sinaga dan Beckham sangat cair dalam hal menyerang. Ditopang oleh trio lini tengah Dado, Aziz dan Zola. Ditambah, semakin kokohnya duet Mali dan Victor walaupun semakin tua. Serta, gawir yang selalu aman dari serangan berkat tangkasnya Henhen di kanan dan Agil Munawar di kiri. Dan, Deden menjadi penjaga gawang no. 1 di Indonesia! Langganan timnas, mengalahkan Andritany, dan Satria Tama. Peringkat Pertama di Liga 1 adalah ganjarannya!


2021
Musim 2021 semakin tak tertandingi. Pensiunnya Victor tak menjadi kendala, karena penggantinya tak kalah tangguh! Arohman, bek muda binaan Diklat PERSIB yang belum genap 21 tahun menjadi tembok kokoh bersama Mali. Treble Winner! Piala Indof**d, Liga 1 serta Piala Presiden berhasil diboyong ke tanah Pasundan. Sekedar Informasi, Piala Indof**d adalah pra musim yang diselenggarakan oleh Indof**d yang mempertemukan tim-tim raksasa Indonesia, Malaysia dan Singapura. Tentunya, tim-tim tersebut adalah yang disponsori oleh indof**d, jiga Emirates Cup, ngan ieu mah bergengsi, pemain utama hungkul nu dimaenkeunna ge. Piala Presiden yang awalnya adalah pra musim, pada tahun 2021 menjadi Piala Liga, setelah wacana akan digulirkannya Piala Indonesia sejak tahun 2018 terus menjadi wacana.


2022
Pra musim pada tahun ini tidak main-main, Training Center dilakukan di kota Milan, tempat latihan Inter Milan. Beruji tanding melawan tim-tim primavera dan diakhiri menantang tim utama Inter Milan. Hal tersebut bertujuan untuk meraih hasil lebih baik di Liga Champions Asia, targetnya adalah juara grup, setelah musim sebelumnya tak dapat berbuat banyak. Namun, manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Piala Indof**d lepas karena hanya menurunkan PERSIB U-19. Liga Champions hampir lolos grup setelah kalah selisih gol dari Buriram United peringkat kedua Grup C. Liga 1 dan Piala Presiden tetap dalam genggaman. 5 pertandingan sebelum liga 1 berakhir, Mario Gomez menandatangai satu musim tambahan untuk menukangi PERSIB, setelah itu ia memutuskan untuk pensiun, lalu menikmati hari tua nya sebagai pelatih asing tersukses di Indonesia dan menjadi legenda PERSIB!


2023
"Dont change winning team". Quote tersebut nampaknya sangat diyakini oleh Mario. Tak ada perubahan, kecuali masuknya Firman Utina kedalam jajaran pelatih. Ketika itu, karir kepelatihan Bang FU sedang naik daun. Setelah team talk selepas babak pertama di Final Liga 1 U-19 menjadi buah bibir. Manajer Bhayangkara U-19, dalam sebuah wawancara di TV Nasional menyatakan bahwa team talk Bang FU sebagai headcoach Bhayangkara U-19 sangat memotivasi anak didiknya. Tertinggal 3 gol dibabak pertama, bisa dibalikkan menjadi 4-3 sebelum babak kedua selesai. Ketika itu, PERSIB memang sedang membutuhkan seorang motivator handal yang bisa mendinginkan kondisi tim jika sedang panas, memanaskan kondisi tim jika sedang dingin serta mencairkan suasana dengan candaannya. Walaupun pada musim tersebut Piala Presiden lepas. Prestasi di Liga Champions Asia sangat membanggakan. Semifinalis! Kalah oleh Guangzhou, dengan selisih satu gol. Mengulang sejarah pada tahun 1995. Tentunya, Liga 1 tetap dalam genggaman. Roberto Carlos Mario Gomez pensiun dengan menyamai rekor Sir Indra Tohir yang mengantarkan PERSIB ke semifinal Liga Champions Asia.


2024
Firman Utina menjadi suksesor Mario. Yang sebelumnya sudah menjadi rahasia umum bahwa Bang FU sudah dipersiapkan untuk menjadi Pelatih Kepala sejak musim lalu. Ferdinand yang kerap absen, membuat Bang FU dan jajaran manajemen membuat sebuah gebrakan. Merekrut top scorer Liga Champions Asia 2023 asal Thailand, leutik, lincah jeung liat! Setelah sebelumnya warga Babakan Instagram dihebohkan akan kabar bergabungnya Kylian Mbappe ke PERSIB, yang ketika itu menjadi pemain terbaik dunia. "Komentarna, Bobotoh?" "Angkut, Lurd?" "Yes or no?".
Puncak Liga 1 tetap setia, Piala Presiden Balik Bandung, serta tiga piala pra musim berhasil direngkuh, salah satunya community shield yang mempertemukan juara Liga dan juara Piala Presiden, yang untuk pertama kalinya dihelat. Namun, prestasi di Liga champions Asia kurang bergairah, hanya menempati posisi 2 di Grup B.


2025
Pra musim dihebohkan dengan ditariknya Bang FU menjadi pelatih TimNas Indonesia. Bukan PERSIB jika tidak melakukan gebrakan. Pelatih yang mengantarkan juara Liga Champions Eropa pada musim 2022-2023 resmi dikontrak, tepat di hari ulang Tahun PERSIB ke 92. Asa melambung tinggi. Harapan Bobotoh akan trophy Liga Champions Asia bisa didaratkan ke Bandung sangat besar. Untuk tidak memberatkan pundak para pemainnya. Sebelum liga di mulai, Sang Pelatih mendinginkan suasana dengan mengungkapkan bahwa semuanya butuh proses, ia sedang mendalami timnya terlebih dahulu dengan Liga 1 tetap menjadi prioritasnya. Lalu, di tahun kedua atau ketiga Trophy Liga Champions Asia adalah keharusan. Janji Sang Pelatih terbukti. Liga 1 tetap menjadi milik warga Bandung. Runner up Piala Presiden serta peringkat pertama grup A Liga Champions Asia, walau harus kalah dibabak selanjutnya adalah hal yang cukup untuk menjadi perkenalan Sang Pelatih kepada sepakbola Indonesia, khususnya Bandung.


2026
PERSIB kembali membuat gebrakan, kini dengan pra musimnya. Untuk meresmikan stadion baru milik sendiri, PERSIB mengundang juara Liga Champions di setiap benuanya untuk melakoni turnamen pra musim, dengan sistem setengah kompetisi PERSIB menempati peringkat kedua, kalah satu point dari Juara Liga Champions Eropa.
Janji Sang Pelatih pada awal kedatangannya benar-benar ia tepati. Sejarah tercipta! Bandung berpesta, jalanan benar-benar tak bergerak, pada hari itu. Kakek-nenek, ibu-bapak, remaja, anak-anak hingga bayi turun kejalan untuk merayakan sebuah sejarah, Bandung menjadi pioneer, untuk pertama kalinya Trophy Liga Champions Asia mendarat di tanah Asia Tenggara, Bow menjadi Best Player dan Top Scorer Liga Champions Asia tahun 2023 mengulangi pencapaiannya. Dengan Trophy Liga 1 tetap hadir di Bandung. What a beautifull night!


2027
Jumawa dan terlena. Dua kata tersebut nampaknya sangat pas untuk keadaan tim PERSIB pada musim 2027. Jumawa setelah mencatat sejarah menjadi juara Liga Champions Asia juga menjadi juara Liga 1 sebanyak 7 kali berturut-turut. 7 gelar dalam 7 musim. Fenomenal! Namun, kefenomenalan tersebut yang membuat terlena. PERSIB lupa akan regenerasi. Dado, Deden dan lainnya sudah menua. Kaki Bow pun sudah tak secepat dulu. Juara bertahan Liga Champions Asia itu pun hanya mampu melewati quarter final. Begitupun, di Liga 1 yang hanya menjadi runner up. Spanduk besar bertuliskan "REGENERASI HARGA MATI" membentang di tribun timur pada pertandingan terakhir Liga 1 di Bandung.


2028
Setelah mengadakan pertemuan bersama jajaran pelatih. Manajemen mengumumkan mempertahankan seluruh jajaran pelatih hingga tiga tahun kedepan dengan target dua tahun regenerasi dan di tahun ketiga kembali menjadi juara. Seperti apa yang terjadi pada musim 2018, yang memetik hasil di 2020. Tak banyak kritik dari Bobotoh, Karena tuntutan regenerasinya benar-benar dituruti manajemen bersama pelatih. Musim 2028 kebanyakan berisi pemain Diklat PERSIB serta beberapa pemain kunci yang masih produktif. Dan, juga, PERSIB berhasil mengkontrak gelandang flamboyan asal Tulehu, yang konon akan lebih hebat dari Dado, Aziz ataupun Zola. Musimpun berakhir dengan menempati posisi empat.


2029
Dado Pensiun, begitu pula Deden yang harus benar-benar merelakan posisinya kepada Aqil Saviq yang telah sangat lama menanti posisi inti. Dado dan Deden langsung masuk jajaran pelatih. Tak banyak perubahan pada pemain, selain menambal posisi yang ditinggalkan Dado dan Deden. Musim 2029 sesuai dengan rencana, posisi naik menjadi runner up serta bonus trophy Piala Presiden kembali ke tanah Pasundan.


2030
Harapan juara kembali hadir. Target juara yang selalu digaungkan publik Bandung setiap musim kembali dicanangkan pada musim itu. Beckham yang sedang matang-matangnya menjadi tumpuan. Trophy liga 1 kembali hadir, publik Bandung kembali berpesta! Beckham bak Dewa, dielu-elukan di mana-mana.


2030-.....
Sungguh, itu adalah malam yang sangat indah untuk dikenang, PERSIB menasbihkan diri menjadi Raja Sepakbola Indonesia dengan 15 gelar liga domestiknya, terbanyak se NKRI.


Lalu, beberapa minggu kemudian kabar prediksi dalam pidato Saudara yang dipertuan agung Prabowo pada tahun 2018 benar-benar terjadi.

Jawa Barat jadi Negara, Republik Rakyat Pasundan!

Bandung Ibukota Negara

Pangalengan menjadi Provinsi, Taufiq Rizky Kawitan menjadi Gubernurnya. Magma dinasionalisasi. Penghasil kopi & teh no 1 di negara RRP. Situ Cileunca tujuan utama wisata!

Rakyat sangat makmur, dengan setiap daerahnya memiliki satu produk unggulan. Baik makanan, minuman, pakaian, aksesoris, bahkan obat-obatan tradisional yang lebih mahsyur dari obat modern, juga alat elektronik dan masih banyak lainnya.

Pangalengan memiliki tim sepakbola bernama PSPP (Persatuan Sepakbola Putra Pangalengan) yang melegenda, Asep Dayat sebagai pelatih pada masa awal. Dan PERSIB menjadi Tim Nasional RRP.

Badminton juga menjadi salah satu dari banyaknya cabang olahraga andalan Provinsi Pangalengan. Dengan Taufiq Hidayat, Sang putra daerah yang menjadi direktur pembinaan.

Dan, Malabar sebagai tempat terakhir bersemahyamnya Karel Albert Rudolf Boscha menjadi pusat penelitian di Provinsi Pangalengan. Dengan penemuan-penemuannya yang menggemparkan dunia.

***

Tak terasa, waktu di gawai yang digunakan untuk menulis rangkuman perjalanan saya dalam melintasi waktu telah menunjukan pukul 03.59 WIB. Terima kasih bagi yang sudah mau-maunya membaca sampai selesai. Semoga tidak dibaca dengan serius, karena saya menulisnya pun dengan keadaan sangat ngantuk. Sampai jumpa di dunia nyata! Danke! Liebe dich sehr!

Setelah lebih dari 12 jam ditunda untuk diposting. Banyak pertimbangan, termasuk absurdnya tulisan ini. Kurang menyukai politik, termasuk beberapa orang di dalamnya. Bahkan, sejauh saya mengingat, terakhir ke TPS pun ketika SD. Sekedar untuk teriak "Hidup Golkar" ketika nama partai golkar yang keluar dalam perhitungan suara. "Hidup PKS" atau "Hidup PDI" adalah balasan teriakkan kawan dipinggir saya. Tak ada maksud lain, selain membuat ruangan tempat dihitungnya suara menjadi ramai. Setelah beranjak remaja sampai tulisan ini diposting, tak pernah terbesit sedikitpun untuk kembali menginjakkan kaki ke tempat tersebut. Kelak, semoga ada kemampuan untuk menulis alasan untuk tidak memenuhi hak. Atau ada pemimpin yang meyakinkan dirinya untuk dipilih. Semoga.

Layaknya Roda, Berputar!

Sepakbola adalah sebuah alat perjuangan, persatuannya menjadi kunci. Ir. Soeratin paham betul. Dan, Bandung pun tahu akan itu, Anwar St. Pamoentjak yang menjadi pelopor klub kebanggaan asal Bandung menurut sejarah yang saya baca. Setelah sumpah pemuda digaungkan, penggunaan Bahasa Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan. Tidak terkecuali pada sepakbola. Akronim "Persatuan Sepakbola" menjadi sangat banyak dipakai hingga kini, yang dulunya menggantikan singkatan "Voetball Bond".

14 Maret 1933, adalah tanggal keramat bagi sebuah klub asal Bandung. Walaupun tanggal tersebut masih bisa berubah jika kelak ditemukan referensi baru. 

Beragam gelar telah menjadikannya sebagai salah satu klub besar di Indonesia. Dengan suporternya yang telah tumbuh dengan rentang waktu yang sangat panjang, hingga kini telah menjadi seperti sebuah budaya.

Pasang surut prestasi adalah sebuah kewajaran jika kita medengar sebuah wise quote yaitu "hirup mah jiga roda, muter". Dari tahun 1937 ke tahun 1961 adalah bukan waktu yang sebentar. Begitu pula dari 1961 ke 1986. Dan tentunya dari tahun 1995 sampai 2014 yang saya alami sendiri.

Sangat beruntung saya bisa mengalami apa yang diceritakan oleh para pendahulu saya yang sering menceritakan tentang kehebatan di rentang 1983-1995. Hal tersebut sering beliau-beliau ceritakan apalagi ketika setelah pertandingan yang kurang memukau  di tahun 2000 sampai sebelum tahun 2014.

Ajat yang fenomenal, Adeng Hudaya kapten terlama, Robby Darwis tinggi besar, Yusuf Bahtiar sang maestro, Yudi Guntara dipuji Fabio Capello, Sutiono yang subur, garangnya Samai Setiadi, Dede Iskandar dan Nandang Kurnaedi si jago gawir sampai jalanan Bandung-Jakarta menjadi lautan biru oleh sebab ratusan ribu orang ingin menjadi saksi sejarah. Tak ada sanggahan. Hanya harapan untuk ingin merasakan hal yang sama.

Waktu terus berjalan, roda akhirnya kembali mencapai bagian atas. Sejarah terulang, 19 tahun yang kelam akhirnya bisa dipatahkan. Di mulai pada tahun 2013 dengan Sergio van Dijk yang memukau. Lalu, 2014 sebuah cerita indah yang ditunggu selama 19 tahun. Dan, 2015 sejarah penuhnya Gelora Bung Karno oleh lautan biru kembali terulang. Jika pada tahun 1986 menjadi pematah masa kelam sebagai pemain dengan gol tunggalnya di partai final. Di tahun 2014 Ia menjadi pematah masa kelam sebagai pelatih, ialah Djajang Nurjaman, nama yang akan abadi dalam catatan indah perjalanan klub kebanggaan asal Bandung.

Kemudian, sangat jemu untuk mengemukakan apa yang terjadi setelah tahun 2015. A short glorious era. Terlalu singkat setelah 19 tahun menunggu. Drama dan drama yang malah terjadi. Raja kompetisi yang diinginkan, bukan ratu drama. 

Jika roda mencapai bagian bawah terlalu cepat, semoga kayuhan untuk kembali berada di bagian atas semakin kencang. Jika menjadi bagian dari memperlambatnya kayuhan untuk mencapai puncak, kenapa harus tidak legowo untuk mempercayakannya kepada yang lebih cepat mengayuh. Bukankah yang terpenting adalah berada di atas bukan siapa yang menjadikannya kembali berada di atas? 

85 tahun kini usianya. Semoga kembali menjadi alat perjuangan, dan tentunya dalam konteks yang berbeda. Yaitu sebagai alat perjuangan untuk lepas sejenak dari rutinitas kehidupan yang menjemukan, bukan malah menambah kerungsingan.

Dengan nama Persib Bandung dan warna Biru yang tak lekang oleh waktu. Kami Bangga!

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dengan sedikit revisi, esai ini dimuat juga di Web VikingPersibClub dan Akar Rumput Zine Vol. #4